-->
Powered by Blogger.

Di Balik Keindahan Pantai Pelabuhan Ratu

Oleh: Naufal Fauzy

SUKABUMI, Jurnalc: Pelabuhan Ratu merupakan salah satu wisata pantai yang paling diminati oleh wisatawan. Dibalik kekurangannya tersimpan Sejuta Pesona yang menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik pengunjung. Dari dulu hingga sekarang pantai Pelabuhan Ratu tetap menjadi salah satu icon di Sukabumi.
(foto:web)
Walaupun banyak kekurangan seperti sampah yang merusak pemandangan, pantai ini menyimpan berbagai pesona yang sangat menarik dibalik kekurangannya, baik pesona alamnya maupun legendanya. Kekurangan itupun tidak jadi masalah bagi wisatawan setelah mereka melihat indahnya pemandangan alam disana. Menikmati pemandangan alam tentu menjadi yang paling utama yang dilakukan wisatawan.

Di kawasan Sukabumi, tidak hanya terdapat wisata pantai saja yang terkenal,seperti Pelabuhan ratu dan Ujung Genteng, tetapi juga ada objek wisata budaya atau sejarah,yaitu yang terdapat di daerah sekitar Jampang, objek wisata religious yang berada di desa Buniayu Gua Siluman dan objek wisata Bibijilan, serta objek yang lainnya. Selain beberapa objek wisata yang disebutkan, ada beberapa tempat wisata lain yang mempunyai peran yang cukup potensial pula dalam kapariwisataan kabupaten Sukabumi.

Namun dari beberapa objek wisata di kabupaten Sukabumi, pantai Pelabuhan Ratu adalah objek wisata yang paling banyak dikunjungi. Wisata pantai ini tetap menjadi andalan. Hal ini terlihat dari Jumlah wisatawan yang berkunjung. “Walaupun ada banyak tempat pariwisata di Sukabumi, pantai Pelabuhan Ratu tetap menjadi pilihan utama bagi para wisatawan, “ kata Dinas Pariwisata, Sulaiman.

Sebagaimana dikatakan Sulaiman, lelaki yang kini genap berusia 40 tahun, dan juga bekerja sebagai staf  Dinas Pariwisata Sukabumi, menyatakan bahwa, Ada dua hal yang selama ini masih menjadi kendala dalam menciptakan kawasan pantai Pelabuhan Ratu yang asri, yang pertama adalah masalah kebersihan fisik, yaitu sampak yang semakin hari volumenya semakin banyak, hingga merusak pemandangan pantai, sebenarnya kami dari Dinas Pariwisata Sukabumi, telah mengerahkan 33 personil untuk membersihkannya pantai dari pagi hingga siang hari, namun semakin banyaknya pengunjung maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan dan itu sudah menjadi resiko tiap objek wisata di manapun, tegas Sulaiman.

Namun yang menjadi pertanyaan, bagaimana manajemen pengelolaannya ??, pertanyaan ini mulai dijawab oleh Sulaiman sambil membukakan buku data APBD, Ia menyatakan,  Yah,, lagi-lagi masalah dana yang menjadi kendala kami. Meminta dana dari pemerintah, tidak segampang membalikkan telapak tangan, semua ada prosedur dan ada yang harus di prioritaskan,. Bila pihak kami ingin meminta dana tambahan, maka harus mengajukan proposal yang harus di setujui dari tingkat RT, RW,  Desa, Kabupaten, provinsi, pusat dan setelah melalui proses yang panjang,

Dana dari hasil penjualan tiket masuk objek wisata Pelabuhan ratu  tersebut nantinya harus disetorkan kepada Dinas Pariwisata untuk kemudian disampaikan ke Pemerintah Daerah sebagai pendapatan asli daerah ke dalam APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah). Setelah itu baru diproses – dengan proses yang panjang tentunya – sehingga dapat diperoleh dana yang dianggap sesuai untuk perawatan Pantai Pelabuhan ratu. Pemerintah juga memiliki skala prioritas dalam memberikan kucuran dana, yang mana pemerintah lebih memprioritaskan bidang pendidikan dan kesehatan yang masih di anggap kurang pada tahun ini.

Hal ini pastinya sangat di sayangkan oleh semua pihak, Belum lagi semakin menjamurnya PKL (Pedagang kaki Lima) di tepi pantai Pelabuhan Ratu,salah satu PKL yang sedang menjajakan barang dagangannya, yang kini genap berusia 40 tahun, dia mengaku sudah bekerja selama 3 tahun di pantai Pelabuhan Ratu, Memilih tempat  ini karena  pengunjung lebih ramai di tepi pantai. Ia juga mengaku pernah di grebek oleh Satpol PP karena sebenarnya tidak boleh berjualan di tepi pantai, dan  mengganggu pengunjung pantai. Tapi menurut ibu dua anak ini, hal tersebut tidak mengganggu karena setiap pengunjung yang ingin membeli jajanan disini  tidak harus jauh-jauh jalan ke depan lagi untuk membeli sesuatu.

“Walaupun sudah lebih dari 3 kali saya disini selalu digrebek satpol PP, tetapi tetap saja saya kembali ke kawasan pantai ini untuk berdagang. Keuntungan atau kesenangan lain yang saya dapat jika berjualan disini adalah bisa dekat dengan pengunjung, sehingga keuntungan penjualan saya lebih banyak”, tuturnya.

Pendapat lain di sampaikan oleh, Suparman (24) Ia adalah seorang petugas kebersihan, “Pantai ini sejak ramai dikunjungi banyak pengunjung pada tahun 1980an, sejak saat itulah banyak pedagang PKL yang berjualan juga di kawasan pantai, itu sangat mengganggu keindahan pantai. Sebenarnya pihak dari Dinas Pariwisata sudah memberikan tempat tersendiri bagi PKL yang ingin berjualan, tetapi PKL tetap saja kekeh dengan berjualan di tempat yang tidak semestinya untuk berdagang. Itu membuat kawasan yang tadinya bersih menjadi kotor”, jelasnya. Semoga kesadaran masyarakat dan PKL ada untuk menjaga pantai tetap bersih.

“Sangat disayangkan, pantai ini mulai dikunjungi oleh pengemis, mungkin saya dan pengunjung lain merasa sedikit terganggu dengan hal itu karena mungkin kita ingin menikmati keindahan pantai ini tetapi justru melihat pemandangan yang tidak menyenangkan”. Komentar  Gilang (24 th), wisatawan dari Bogor. Ia menambahkan, bahwa Pelabuhan Ratu ini sebaiknya tetap dijaga keindahannya supaya makin banyak pengunjung dan seharusnya pantai ini sering dijadikan ajang promosi sampai ke Luar Negeri kalau perlu supaya tourist asing juga berkunjung kemari.

Namun permasalahannya, tak sedikit PKL yang tetap bersikukuh untuk tetap berjualan di tepi pantai Pelabuhan Ratu.Lalu apa tindakan Dinas Pariwisata Sukabumi??. ”Para PKL sebenarnya telah di beri tempat yang cukup luas dan layak, namun tak banyak yang mau untuk menjajakan barang dagangannya di tempat yang telah kami sediakan, dan alasannya sama saja seperti yang mereka ungkapkan”, jelas Sulaiman Staf Dinas Pariwisata Sukabumi.

Dirinya menambahkan, Namun dinas pariwisata sebenarnya tidak berhenti sampai di situ, kami selalu bekerjasama dengan satpol PP untuk memberikan pengarahan melakukan razia, Kami juga memiliki kegiatan sadar wisata dan sapta pesona yang diadakan tiap bulan sekali dengan tujuan memberikan kesadaran dan pengarahan bagi pengunjung, penduduk setenpat, termasuk juga Para PKL akan pentingnya menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan.

Masalah  non fisik, yang juga  menjadikan pesona Pelabuhan Ratu menjadi sebuah ironi adalah kebobrokan moral yang  di lakukan para pelaku ( PSK dan lelaki hidung belang) di pantai Pelabuhan Ratu, seolah tak dapat di ragukan lagi keberadaan para PSK yang justru mereka memiliki daerah pusat, yaitu di daerah citepus, Pelabuhan Ratu.

Sangat ironi, ketika menemukan salah seorang PSK yang ternyata masih duduk di bangku sekolah, sebut saja ia Dewi, gadis yang usianya masih  18 tahun ini, mengaku bahwa ia melayani nafsu seksual para hidung belang itu, semalam sekar biasanya bisa melayani tiga sampai enam hidung belang, dengan bayaran yang dia tentukan, dia siap melayani para hidung belang tersebut, “saya sih tidak melihat dia jelek atau sudah tua, yang penting dia mempunyai uang yang banyak dan siap berkencan dengan saya” , ucapnya sambil menghisap sebatang rokok.

Tak ada rauk menyesal di wajah polosnya, gadis yang tiap malam mendapat honor 600ribu -1 juta ini mengaku, kalau dia  juga bersedia diajak keluar sesuai permintaan si hidung belang, bisa di hotel, villa atau di mobil. Sekar menambahkan, “bahwa saya tahu kalau pintu surga tidak akan terbuka untuk saya, namun mau bagaimana lagi himpitan ekonomi juga memaksa saya untuk melakukan hal tersebut”. Tegasnya.

Di mata sosiologi, oleh Sosiolog, Retno,S.Sos.M,Si, menjelaskan bahwa tindakan sosial merupakan tindakan-tindakan yang berorientasi pada orang lain. Sehingga PSK (Pekerja Sex Komersial) di masyarakat tidak perlu di berantas dengan razia atau garuan, dsb, karena itu adalah suatu penyakit masyarakat. Ibu dari dua anak ini menambahkan, bahwa banyak faktor yang mengakibatkan seseorang memilih untuk menjadi PSK, karena lingkungan keluarga yang tidak harmonis, kebutuhan ekonomi yang mendesak, lingkungan pertemanan, bahkan media massa yang memberikan efek negatif terhadap masyarakat.

Solusi terbaik yang seharusnya di lakukan dalam menangani masalah ini adalah memahami dari si pelaku (PSK), Dan kenapa mereka melakukan tindakan tersebut?. Jangan hanya menyalahkan PSK, karena PSK tidak dapat di hilangkan selama masih ada lelaki hidung belang. Dengan demikian harus melakukan pendekatan dan sosialisasi secara bertahap dan berkelanjutan.

Dimana Pemerintah harus bersinergi dengan Departemen Agama dan Dinas Sosial secara komprehensif untuk membangun moral masyarakat, khusurnya PSK dan lelaki hidung belang. Tegas wanita yang kini telah merampungkan studi S2 di Universitas Gajah Mada.

Sulaiman menjelaskan, bahwa masalah PSK bukan tanggung jawab Dinas Pariwisata seutuhnya, namun Dinas Pariwisata Sukabumi telah bekerjasana dengan satpol PP, Kepolisian, bahkan kepada Dinas Kesehatan untuk terus memberikan penyuluhan dan pemahaman ke pada para PSK, dan ketika ada PSK yang mau untuk berubah, maka mereka akan di beri modal sebagai usaha.

Dirinya juga menambahkan, untuk 5 tahun ke depan, Kawasan Pelabuhan Ratu diharapkan menjadi sebuah kawasan wisata yang didalamnya tumbuh berkembang berbagai kehidupan, baik kehidupan alami-budaya maupun sosial-ekonomi, yang semuanya itu hidup berdampingan saling menjaga hubungan satu dengan yang lainya membentuk sebuah lingkungan hidup yang harmonis. kawasan Pelabuhan Ratu sebagai sebuah kawasan wisata yang asri dan berkesan bagi wisatawan, Hingga dapat menjawab keluhan wisatawan selama ini  akan kebersihan fisik dan non fisik pantai Pelabuhan Ratu, Tegasnya.

Semoga saja itu bukanlah sebuah lagu untuk hati yang sendu. Karena mimpi bukan sebuah harapan, tetapi mimpi adalah perjuangan yang harus di wujudkan. Akankah Dinas Pariwisata Sukabumi dapat mewujudkannya??… Kita tunggu saja!!(MOP)

0 comments:

Post a Comment