Muhamad Faisal Al'ansori
Adat dan Budaya Penduduk di Kampung Pulo
Berwisata
sambil belajar nampaknya merupakan
sebuah kegiatan yang sangat menarik. Apalagi jika belajarnya mengenali sebuah
budaya yang memiliki keunikan tersendiri, pasti sangat menarik untuk dicoba.
Seperti tugas yang diberikan oleh salah
satu dosen saya untuk meliput tentang kebudayaan penduduk kampung Pulo yang
terletak di Desa Cangkuang, Kec. Leles kabupaten Garut.Suasana alam yang damai dan
hijaunya pepohonan begitu menampakan pemandangan yang sangat menggugah hati.
Lalu hamparan situ (danau) Cangkuang, seolah menyambut dengan ramah atas
kedatangan rombongan bus kami yang telah lebih dari 2 jam melakukan perjalanan
dari Bandung. Situ Cangkuang merupakan sebuah tempat wisata alam. Selain wisata
alam, disini juga terdapat sebuah perkampungan yang memiliki sedikit penduduk
namun memiliki kebudayaan yang sangat unik dibandingkan dengan kebudayaan –
kebudayaan lainnya yang ada di Indonesia.
Perjalanan
selanjutnya adalah menyebrangi situ
Cangkuang menggunakan rakit menuju Kampung Pulo yang berada di tengah – tengah
situ tersebut. Berada di tengah situ, di atas sebuah rakit dan dikelilingi oleh
pemandangan gunung – gunung yang menjulang tinggi ke awan menjadikan kegiatan
ini begitu mengesankan. Kurang lebih 10 menit berada di atas rakit, rakit pun
menepi ke sebuah pulau kecil. Kami pun segera bergegas menuju sebuah bangungan
yang tinggi, berwarna hitam yang berukir. Ya, tidak lain dan tidak bukan
bangunan tersebut adalah Candi Cangkuang. Untuk menuju candi tersebut, kami
melewati rumah penduduk yang menetap di Kampung Pulo.
Sekilas Tentang Kampung
Pulo
Orang
yang pertama singgah di Kampung Pulo adalah Syeikh Arif Muhammad / Maulana
Ifdil Hanafi. Arif Muhammad berada di tempat tersebut karena pelariannya atas
kegagalan misi melawan VOC di Batavia yang ditugaskan oleh kerajaan Mataram. Daripada
pulang ke kerajaan Mataram dengan misi yang gagal, akhirnya Arif Muhammad
berkelana dan singgah di Kampung Pulo. Disini ia menyebarkan agama islam ke
penduduk setempat. Ia menikah dan
mempunyai 7 orang anak, 6 orang perempuan dan 1 orang laki – laki. Di Kampung
Pulo ini ini hanya terdapat 7 bangunan, yaitu hanya ada 6 rumah dan sebuah
mushola. 6 rumah tersebut melambangkan ke-6 anak perempuan dari Syeikh Arif Muhammad.
Sedangkan mushola melambangkan seorang anak laki – laki nya. Ia menamai
tempat singgah yang kelak menjadi tempat tinggalnya tersebut dengan nama
Kampung Pulo, karena tempat tersebut berada di tengah – tengah Situ Cangkuang.
Percis di dekat candi terdapat sebuah bangunan musium yang di bagian depan nya
terdapat balai yang diperuntukan bagi pengunjung yang ingin bertanya kepada
penjaga musium tersebut mengenai sejarah Kampung Pulo. Saya dan teman – teman
yang lainnya singgah di balai tersebut dan berincang dengan penjaga musium
tersebut. Ia selalu menjawab dengan lugas dan tegas atas pertanyaan- pertanyaan
yang kami ajukan. “ Dahulu, anak laki – laki Syeikh Arif Muhammad meninggal
dalam sebuah kecelakaan. Pada saat itu anak tersebut sedang diarak berkeliling
menggunakan semacam permainan sisingaan dalam
rangka acara khitanan. Pesta arak – arakan tersebut diiringi oleh musik
gamelan. Ketika sedang diarak, tiba – tiba turun hujan lebat disertai angin
puting beliung. Kemudian anak tersebut jatuh dan tidak lama setelah kecelakaan,
anak tesrsebut meninggal” beliau memaparkan. Lalu yang tersisa hanyalah 6 anak perempuannya.
“Oleh karena itu, ada sebuah pantrangan / larangan yang tidak boleh dilakukan
di Kampung Pulo ini, yaitu tidak diperbolehkan membawa / membunyikan alat
gamelan terutama gong” tambah nya. Karena meninggalnya anak laki – laki
tersebut, sistem kerebatan penduduk di Kampung Pulo pun menganut sistem
matrilineal, suatu sistem yang mengatur kehidupan dan ketertiban suatu
masyarakat yang terikat dalam suatu jalinan kekerabatan dalam garis ibu. Suatu
sistem kekerabatan yang bertolak belakang dengan adat sunda. Karena pada
umumnya suku sunda menganut sistem kekerabatan patrilineal, kebalikan dari
sistem kekerabatan matrilineal. “Setiap satu rumah, harus ada satu kepala
keluarga. Dan jika ada anggota keluarga yang menikah, baik perempuan maupun
laki – laki, mereka harus keluar dari Kampung Pulo dan mereka diperbolehkan
kembali lagi apabila di Kampumg Pulo ada salah satu kepala keluarga yang pindah
atau meninggal” tuturnya. Itulah keunikan adat dan budaya di Kampung Pulo. Pada
perkembangan selanjutnya Syeikh Arif Muhammad meninggal dan dimakamkan di
sekitar komplek candi tersebut.
Candi Cangkuang sendiri
ditemukan pada tahun 1966 dan berada di permukaan tanah yang lebih tinggi di
dekat rumah adat penduduk. Candi Cangkuang tidak berbentuk asli, karena candi
tersebut sudah magalami beberapa kali pemugaran. Di dekat candi juga terdapat
sebuah musium kecil. Di dalam nya terdapat beberapa peninggalan sejarah yang
sangat bernilai tinggi, seperti ayat – ayat al qr’an yang ditulis di kulit
pohon yang telah berusia ratusan tahun, tulisan – tulisan kuno yang menggunakan
aksara sunda, naskah ceramah sholat jum’at yang panjang nya kurang lebih serta
alas al qur’an yang terbuat dari kayu ang telah berusia ratusan tahun pula.
Nilai
– nilai positif yang dapat dipetik dari
kegiatan ini adalah dengan kebersamaannya, mereka para penduduk Kampung Pulo
selalu berpegang teguh kepada nilai adat dan nilai leluhur mereka dalam melaksanakan
kegiatan / aktivitas sehari - hari, tetapi mereka tetap berbaur dengan
masyarakat sekitar. Penduduk Kampung Pulo pun perlahan - lahan mulai mengikuti
arus perkembangan zaman, seperti sudah menggunakan pakaian yang berasal dari
luar dan sudah menggunakan televisi. Tetapi mereka tetap mempertahankan nilai –
nilai adat yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.
Selain kuliah di dalam ruangan, kita juga
harus mengenali suatu adat dan budaya lebih dekat lagi yaitu dengan cara turun
langsung ke lapangan agar berbaur dengan penduduknya sehingga kita dapat mengenal
dan mengetahui sejarah dan kebiasaan adat dan budaya tersebut lebih detail dan
mendalam serta dapat merasakan akan keberagaman dan kekayaan budaya yang
dimiliki oleh bangsa ini. (-MFA-)
0 comments:
Post a Comment