Novi Adriyanti
Keep
Spirit for Creativity
“kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap”
“Dia
itu orangnya baik, cerdas, orang yang mampu menggali potensi yang dimilki dan
kemampuan menulisnya sangat luar biasa. Dia juga bisa menghargai siapapun yang
menjadi relasinya, produktif, kreatif dan rajin.”
Itulah sepenggal pendapat yang
diutarakan oleh Pak Enjang Muhaemin mengenai sosok Pak Dul.

Ia
bernama lengkap Encep Dulwahab, sikapnya yang ramah terhadap semua orang
membuat pria berkulit putih dan tampan ini selalu disegani oleh kalangan
mahasiswa ataupun dosen. Kemampuannya yang seperti Bunglon, bisa menempatkan
diri dimanapun dia berada membuat rasa nyaman selalu menghinggapi di semua
kalangan.
Awal karirnya dimulai semenjak Dul masih duduk di bangku perkuliahan.
Laki-laki yang mengagumi sosok Prof. Dr. H. Asep S. Muhtadi, MA ini, memiliki
suatu komunitas menulis berana Tepas Institute yang diadakan seminggu sekali.
Di setiap pertemuan, para anggota komunitas itu selalu share mengenai dunia
penulisan. Kemudian untuk melengkapinya mereka menjalin hubungan dengan
beberapa media.
Dari komunitas menulis itu, beberapa karya tulisannya
seperti feature, resensei buku, artikel sering dimuat di media. Dari sanalah
Dul meyakini, bahwa ia juga mampu untuk menulis, maka Dul pun menembangkan
kemampuannya tersebut dan ia yakin jika segala sesuatu itu dapat diraih dengan
proses.
Awalnya, laki-laki dua orang anak ini tidak pernah menyangka
akan menjadi seorang editor di sebuah perusahaan penerbitan buku. Namun setelah
melalui berbagai proses panjang, ia justru menjadi seorang editor yang handal.
Banyak buku yang ia sunting, diantaranya adalah buku-buku Pidi Baiq, seperti
Drunken Molen, Drunken Monster, dan Drunken Mama.
Tak banyak prestasi yang dia raih selama duduk dibangku
kuliah, tetapi banyak inspirasi yang bisa didapatkan dari pria yang lahir 34
tahun yang lalu ini. Namun, itu bukanlah masalah baginya. Buktinya Dul bisa
menjadi seorang editor di perusahaan penerbit terbesar kedua di Indonesia yaitu Mizan.
Menjadi seorang editor bukanlah tanpa usaha. Banyak proses
yang dilalui untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Tak ada rahasia khusus atau
trik-trik ampuh yang dikeluarkan oleh laki-laki yang mempunyai hobi bermain
bola ini, cukup dengan kerja keras dan restu dari orang tua.
Berasal dari keluarga sederhana, sifat lemah lembut dan
ramah tamah sering ditunjukannya kepada semua orang. Tuntutan biaya dan
dukungan dari keluarga terus mendorongnya untuk menjadi orang yang berguna bagi
bangsa, agama dan pada khususnya masyarakat.
Begitu selesai kuliah, laki-laki yang mempunyai motto hidup
“Keep Spirit for Creativity” ini mengirimkan lamaran ke berbagai media dari
semua lamaran yang diajukan, semuanya mendapatakan panggilan. Namun semuanya
gagal. Tidak disangka ia mendapatkan paggilan dari mizan untuk menjadi seorang editor.
Ia tidak mempunyai kemampuan dibidang tersebut. Dengan menjalani bebrapa tes,
akhirnya Dul mendapatkan pekerjaan itu. “Ketika kuliah saya suka meresensi
buku-buku Mizan, dan dari pihak Mizan katanya saya sudah bisa mengetahui
bagaimana karakter tulisan Mizan, hinggga akhirnya saya bekerja disana. Editor
bukanlah termasuk salah satu cita-cita saya. Namun karena saya suka menulis dan
membaca buku, akhirnya pekerjaan itu saya dapatkan.” ungkap Dul yang mempunyai
harapan ingin bahagia bersama istri dan keedua anaknya.
“Maka apabila kamu telah selesai
dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
Dua penggal ayat dari Surat Alam-Nasyrah, Dul jadikan sebagai semangat
hidup, hingga akhirnya pada tahun 2003 Dul bertemu dengan jodoh hidupnya dan
bisa lulus S1 sebagai angkatan pertama dari Jurusan Ilmu Komunikasi Jurnalistik.
Di akhir wawancara, laki-laki yang mengira
jika Jurnalistik itu ialah Jurnalistrik memberikan saran “gagal itu adalah
sebuah proses pembelajaran, jangan pernah puas dengan apa yang telah kita
dapatkan segeralah cintai tantangan, karena tantangan adalah salah satu proses
menuju keberasilan. Sekecil apapun usaha yang kita lakukan akan mendapatkan
imbalannya”. (Novi Adriyanti)
0 comments:
Post a Comment