Cerpen oleh Masitoh Lauryzee Hindy
baca cerpen seru loh!!,,,,
Teko Emas
Semburat
senja mengukur warna langit disore hari rupanya matahari sudah mulai
menciut ke arah barat. Hilir angin dinginpun datang silih berganti
menerobos pori-pori kulit sampai membungkus badanku. Malam ini rasanya
tulang belulangku mulai copot, raga ini terasa hampir retak, pankreasku
terasa diremas-remas. Beginilah hidup sebatang kara tanpa seorangpun
menemaniku disini, digubuk disebuah tempat tinggal beratap daun-daun
ilalang kering kerontang bersusun rapi. Aku tak punya pilihan
lain jiwaku seakan-akan melayang tinggi. Entah kemana aku akan terus
berjalan. Harapanku sudah sirna dan segera ingin malaikat itu datang dan
memanggil ajalku.
Teko
emas, ya hanya teko emas disampingku, ku peluk erat dan ku dakap setiap
malam. Dimana bintang-bintang itu menangis melihat kesendirianku. Aku
tak punya benda lainnya selain teko emas ini. Pemberian dari suamiku
sebagai hadiah emas kawin mewah saat kami menikah. Kini umurku 80 tahun
lebih 2 bulan, usiaku sangat lanjut, mungkin aku sudah bau tanah namun
aku terus bersabar menunggu ajal, menyiasati hidup ini menjaga teko itu
selalu berada disampingku.
Dulu
suamiku seorang pria berparas tampan seperti arjuna, ototny pun kuat
seperti pemain tinju internasional. Namun ketika aku gadis dia hanya ku
kenal sejenak saja. Sulit kupercaya aku akan menikah dengannya. Dia
seorang anak bangsawan hidup kemewah-mewahan sedangkan aku hanya gadis
biasa diperkampungan.
Pagi
itu bola raksasa menyinari bumi. Aku terpaut janji hidup ssemati
dengannya. Aku dipersunting, lalu kuterima lamaran itau tanp abasa-basi.
Akan tetapi nasib buruk menimpaku, ia seorang berpendirian keras untuk
bermain judi hingga harta yang kami miliki perlahan-lahan ludes. Ia tak
pernah berhenti berjuang untuk judi siang dan malam. Ia memuaskan nafsunya untuk bertaruh sekalipun harus kalah.
Setelah
semua habis, tinggalah teko emas yang tersisa. Teko emas itu setiap
kali aku memandangnya mirip teko aladin, mungkinkah ada jin didalamnya
dan suatu saat dia akan keluar. Aku tak punyta apapun lagi selain teko
emas itu, selimmut bantal, semua perabotan rumah dijadikan jaminan judi
hingga akhirnya suamiku kalah berjudi dan menyerahkannya. Aku mengalah,
mulutku seperti radio butut ditelinganya.kesedihan menggenang dikedua
bola mataku. Pernah kuberpikir mungkin saja baju tnggal satu-satunya
akan ia jadikan jaminan untuk berjudi namun terlalu konyol dan tragis
bila kupikirkan. Setiap kali ia meminta teko emas itu, aku selalu
menahannya dan tak akan pernah kuberikan pada siapapun janjiku dalma relung hati.
Aku
seorang wanita mandul, tak kudapati keturunan darinya, kami hanya hidup
berdua, kemanpun ia pergi, aku menjadi ekornya. Sesudah kehilangan
semuanya, suamiku berhenti berjudi, laki-laki berkepala batu itu
memberiku sebuah gubuk kecil dipinggir sawah. Sesekalii ia menatapnya
namun sesekali ia pasrah akan keadaan. Ia ingin sekali mendapatkan tiket
masuk keliang lahat, hingga tertidur pulas selama satu minggu. Dihari
ketujuh ia bermimpi bertemu malaikat bersayap putih ke pink-pinkan
mendekatinya perlahan-lahan dan jatuh pada perangkapnya
“kau ingin masuk ke bumi ?” tanya malaikat
“iya kat, aku ingin masuk ke liang lahat, by the way berapa tiketnya?”
“Cuma 2 juta aja, murah kok.”
“tapi uangku sudah habis dipake judi?”
“akh untuk kami gratis aja deh !”
Akhirnya
suamiku pulang untuk selama-lamanya, ia menutup matanya tajam, rona
wajahnya berubah sendu, tanpa kata sedikitpun meninggalkanku. Aku
terdiam membisu memandang lekat-lekat raut wajahnya, tiada kata yang
ingin ku ucap “malaikat kirimkan aku tiket dong, pengen bareng suamiku”.
“kamu entar aja ya, belum waktunya say !” jawaban malaikat
Aku merenung dan langsung kupeluk teko emas itu. Alangkahnya sulit kutaksirkan kehidupan ini saat aku sendiri.
Siang
bolong tiba-tiba saja datang seorang laki-laki berjenggot panjang, umur
80 tahun atau lebih pas disebut kakek-kakek, menagih hutang suamiku
dulu, aku taj punya pilihan lain, selain teko emas itu, aku tak tega
melihatnya dan kuberikan teko emas itu.
“makasih ya neng, neng udah baik deh sama abang” celetuknya sambil memperlihatkan giginya yang tinggal 2.
Benar-benar
aku tak mengerti, ternyata suamiku puny hutang dan tak ku ketahui,
apakah mungkin masih akan ada penagih hutang lagi. Setelah penagih
hutang itu pulang, aku gelisah kian tak menentu, raut wajahku prustasi,
aku tak punya apa-apa lagi. Sampai larut malam, aku tak bisa tidur
memikirkan teko emas itu, serasa aku ingin mencarinya kembali. Namun
sayang rasanya tak mungkin. Keesokan harinya aku melihat kuburan suamiku
dan tak kusangka teko emas itu bertengger diatas batu nisan. Aku
mengambilnya dan kuputuskan tak akan pernah ada yang memintanya lagi.
Keesokan
harinya, seseorang menagih hutang suamiku kepadaku, aku ternganga.
Lelaki itu sangat keras membentak-bentak kapalaku. Ia memaksaku membayar
hutang suamiku dan akhirnya teko emas satu-satunya itu kuberikan
kembali.satu ahri setelah kejadian itu, aku berniat melihat kuburan
suamiku lagi, aku ingin mengirimkan sekuntung bunga mawar untuknya,
namun aku terkejut teko emas itu bertengger diatas batu nisannya dan
kuambil kembali. Aku membawanya kembali dan disimpan ditempat rahasia.
Satu
jam setelah itu, ada seorang laki-laki berlemah-lembut datng kepadaku.
Ia amat sopan, bicaranya pun amat bijaksana, ia bertanya tentang diriku
dan keluargaku, namun akhirnya ia menagih hutang suamiku dulu. Aku tak
mau kehilangan teko emas it dan terpaksa untuk yang terakhir kalinya aku
serahkan padanya.
Aku
menangis tersedu-sedu, kolam mataku berlinag air mata, aku segera pergi
ke kuburan suamikaua. Aku terkejut, wajhku riang penuh gembira ,
ternyata teko emas itu bertengger kembali diatas batu nisan suamiku.
Lalu aku mengambilnya, sejenak ada kertas warna putih berupa pesan
tertulis untukku.
“I LOVE YOU BABEH” .
0 comments:
Post a Comment