Ramadhan Setia Nugraha
Stand Up Comedy dan Komunikasi

Stand up comedy itu adalah komedinya orang cerdas. Kenapa cerdas? Karena tidak semua orang bisa mengerti dimana letak kelucuan dari stand up comedy tersebut. Para komik (sebutan untuk orang yang melakukan stand up comedy) yang professional pasti pintar dalam merangkai kata. Kesalahan pengucapan kata atau sering dinamakan "keseleo lidat" atau salah ucap bisa menjadi bahan humor, hal ini merupakan kepintaran dari para komiknya masing-masing. dari hal yang kecil dan bisa menimbulkan kelucuan yang menunjukkan bahwa lawakan stand up comedy merupakan lawakan yang cerdas, dan tidak semua orang bisa melakukannya. “Ide” hal ini lah yang menurut saya sangat sukar dicari terkadang para pelawak di Indonesia seringkali melakukan pelagiat terhadap kelucuan yang sudah muncul sebelumnya.
Sebagai mahasiswa yang sedang menuntut ilmu dibidang komunikasi, saya rasa stand up comedy dapat dijadikan alternatif untuk mengasah kemampuan kita di bidang komunikasi, Mengapa demikian? Bisa dikatakan bahwa stand up comedy adalah sebuah permainan linguistik dalam berbicara di tempat yang tidak semestinya atau tidak lazim seperti pembahasan sebeumnya yang jusru dapat membuat kita tertawa.
Cabang ilmu linguistik pun tidak terfokus dalam kebahasaan saja, tapi ada yang dinamakan paralinguistik atau intonasi. Terkadang meskipun bahasa atau verbal yang para komik ucapkan itu tidak lucu namun dibawakan dengan permainan paralinguistik yang apik, pasti audiens akan tertawa. Untuk itu komunikasi bukanlah verbal semata namun komunikasi adalah cara mengemas verbal tersebut supaya pesan dari komunikator ke komunikan tersampaikan. Nah kata “mengemas” disini merupakan penjelasan dari cara kita menyampaikan suatu pesan yang harus dibumbui dengan intonasi yang baik dan benar supaya pesan dapat dimengerti oleh komunikan(orang yang menerima pesan).
Stand Up Comedy pun tidak hanya dilakukan melalui linguistik saja tetapi juga bisa dibantu dengan body language atau bahasa tubuh, selain bahasa tubuh ekspresi dan mimik muka pun bisa menjadi pilihan ketika linguistik kita tidak dapat membuat kelucuan. Sesaat punchline(momentum tertawa) tidak begitu berhasil melalui kata-kata namun ditunjang dengan bahsa tubuh yang maksimal dipastikan penonton akan tertawa. Hal ini yang di maksud body language juga ikut berperan, sama halnya ketika kita berkomunikasi. jika kata, intonasi dan bahasa tubuh digabungkan maka pesan akan tersampaikan dengan sempurna dan cepat dimengerti.
Sebagai penonton saya memilih stand up comedy karena kita bisa membuat pikiran kita terbuka, selain itu keoriginalitasan ide pun bisa dikatakan bahwa para komik merupakan orang-orang yang cerdas yang nantinya akan membuat kita membuka pikiran kita juga. Terkadang hal-hal kecil bisa menjadikan kelucuan di stand up comedy dan membuat kita sebagai penonton terhibur dan setidaknya mengobati psikis kita dalam masalah yang sering kali dihadapi pada kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan bangsa kita yang membuat hal-hal kecil dibuat besar dan dipermasalahkan sehingga menjadi hal yang begitu sulit untuk diselesaikan. Untuk itu sebaiknya jangan terlalu serius dalam menghadapi setiap permasalahan hidup yang sedianya hanya akan membuat diri kita menjadi figur yang jarang tertawa, sulit bergaul, gampang tersinggung, dan yang paling parah akan dijauhi oleh teman-teman kita.
Semua jenis humor yang sering dilontarkan para komedian, comic, pembaca berita atau bahkan sahabat anda ketika berhasil membuat tertawa para pendengarnya diakibatkan oleh humor yang terbentuk sebagai akibat pelesetan fungsi bahasa. Permainan kata dan bahasa yang tidak lazim mampu menciptakan situasi yang mengundang gelak tawa karena ketidaksesuaian konten yang dibicarakan terhadap apa yang biasanya terjadi dalam fenomena kehidupan sehari-hari. Semakin jelaslah kiranya besarnya fungsi bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dibayangkan bagaimana seandainya bahasa tidak pernah ada, apakah kita masih mengenal tertawa? masih adakah esensi hidup jika bahasa tak pernah ada?(rama).
0 comments:
Post a Comment